Pada bagian awal buku ini, telah dijelaskan mengenai Prata cara pengoperasian serta teknik pergerakan kamera. Namun, pada bab ini akan kembali diulas secara lebih rinci dan mendalam mengenai penggunaan kamera sehingga Anda mampu memproduksi hasil karya audio video berbentuk tayangan visual yang menarik dan berkualitas.
Produksi tayangan visual yang disajikan haruslah menarik. Artinya, dari sisi cerita yang disuguhkan harus mampu memiliki daya tarik sehingga siapa pun akan merasa ingin melihatnya. Hasil produksi visual harus memiliki kualitas yang baik karena ketika seseorang tertarik untuk melihat hasil produksi yang disajikan, orang tersebut akan bersedia menikmatinya hingga akhir apabila dimanjakan dengan gambar-gambar yang berkualitas dari sisi pencahayaan dan sudut pengambilan gambar yang sempurna.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil gambar yang berkualitas sehingga hasil produksi visual layak untuk ditayangkan, seorang kamerawan harus memahami cara penempatan sudut pengambilan kamera (angle) dalam proses perekaman gambar. Sudut pengambilan gambar (angle) yang tepat akan menambah dramatis cerita yang disajikan.
Memegang kamera bukanlah sesuatu Yang mudah. Perlu pengetahuan khusus tentang kamera serta pengetahuan teknis mengenai pengoperasian kamera. Keduanya merupakan hal yang sangat mendasar dan harus dimiliki oleh setiap orang yang berprofesi sebagai kamerawan. Dalam praktiknya, seorang kamerawan mampu membagi kedua tangannya dalam tugas yang masing-masing berbeda.
Satu tangan untuk memegang kamera sekaligus mengoperasikan tombol zoom in/zoom out dan satu tangan lainnya berfungsi menjaga agar posisi kamera tidak mudah goyah dapat digerakkan ke berbagai posisi, dan arah sesuai dengan sudut pengambilan yang diinginkan. Pada kondisi tertentu, tripod dapat digunakan untuk menjaga gambar tetap stabil.
Berikut penjelasan mengenai teknik memegang kamera video
1. Posisi Tangan
Berikut posisi tangan yang digunakan dalam teknik memegang kamera video:
a. Siku menekan tubuh
Tangan kiri memegang kamera, sekaligus jemari memegang grip lensa yang berfungsi sebagai zoom in/zoom out, Sementara itu, tangan kanan memegang bagian shutter kamera, sekaligus melakukan pengaturan pada kamera. Kedua siku harus pada posisi menekan tubuh. Posisi ini berfungsi agar kamera tidak mudah goyah karena ada tumpuan di badan.
b. Membuat tumpuan lengan kiri
Saat tangan kanan memegang kamera, ibu jari tangan kanan disiapkan untuk mengendalikan shutter, sedangkan jan lainnya memegang dengan kuat bodi kamera. Posisi tangan kiri secara horizontal digunakan untuk tumpuan lensa kamera Posisi ini berfungsi agar kamera tidak mudah goyah. Teknik ini biasa dipakai untuk penggunaan speed (kecepatan) lambat untuk mendapatkan detail objek gambar.
c. Tumpuan kedua siku
Pada teknik ini, tangan kiri memegang sudut depan bagian lensa dan jari-jari tepat berada pada ulir (putaran) lensa. Sementara itu, tangan kanan mengendalikan shutter dan lakukan pengaturan kamera
2. Sikap Tubuh
Berikut sikap tubuh yang digunakan dalam teknik memegang kamera video
a. Berdiri dengan benar
Salah satu lutut dalam posisi sedikit membengkok, yakni posisi kaki bersudut 45 derajat satu sama lain. Meskipun terkesan sederhana, tetapi teknik ini akan sangat berpengaruh pada hasil rekaman gambar yang dilakukan. Berdirilah pada posisi dengan clah satu kaki berada di depan lainnya. Cara ini akan menjaga stabilitas sehingga tubuh akan berdiri dengan kokoh yang ditunjang oleh kuda-kuda yang kuat.
b. Memegang kamera dengan kedua tangan
Meskipun kamera terkadang memiliki berat yang lebih ringan, sebaiknya tetap bersikap seperti yang dianjurkan. Posisi yang dianjurkan adalah tubuh berdiri kokoh dan memegang kamera dengan kedua tangan untuk menjaga kestabilan gambar.
c. Meletakkan siku di dada
Posisi siku yang diletakkan di dada berfungsi membantu posisi dudukan tangan agar kokoh dalam memegang kamera dan tidak terjadi kemiringan gambar apabila posisi siku berada jauh dari badan.
d. Bersandar pada sesuatu
Jika memungkinkan, pada saat pengambilan gambar bersandarlah pada sesuatu yang kokoh dan tidak mudah bergeser. Hal ini sangat efektif membantu jika kamerawan melakukan perekaman gambar pada ruangan yang sempit dan minim pencahayaan
e. Posisi lutut agak menurun
Posisi lutut yang agak menurun berfungsi menurunkan pusat gravitasi badan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi guncangan pada kamera. Pada suatu kondisi, dapat pula mengambil gambar dengan sudut pengambilan (angle) frog eye dengan cara meletakkan lutut kiri pada lantai dan menempatkan siku kanan sebagai penjaga kestabilan kamera pada lutut kanan Hal ini dimaksudkan agar memberi pondasi yang kokoh bagi proses perekaman tersebut.
f. Membidik dengan posisi tiarap
Posisi pengambilan gambar pada sudut (angle) ini tidak hanya bagus untuk merekam objek yang rendah, misalnya apabila sedang merekam bayi yang sedang berjalan merangkak Posisi yang tepat untuk sudut pengambilan (angle) seperti ini, yaitu dengan meletakkan kedua siku di lantai dan menjadikan lantai sebagai pondasi kamera.
C. Pengaturan Kamera
pengaturan kamera adalah salah satu bagian terpenting Pebelum melakukan pengambilan gambar video dari segi kualitas gambar, pengambilan gambar, pergerakan gambar, hingga suara yang ditangkap oleh kamera itu sendiri. Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar segala hasil yang telah direkam menjadi lebih maksimal. Oleh karena itu, seorang kameramen harus memahami dan setidaknya mengerti bagian-bagian yang berada pada kamera sebagai berikut.
1. Zoom
Penggunaan zoom dengan cara melakukan zoom in/zoom out sangat tidak disarankan terkecuali dalam menggunakan tripod sebagai tumpuan kamera. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya guncangan pada gambar hasil perekaman sehingga hasil rekaman akan menjadi terbuang karena tidak berguna.
2. Suara
Dalam proses perekaman gambar, suara merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Jika perlu, gunakan earphone ataupun headset agar mampu mengontrol suara yang masuk dalam proses perekaman. Hindari suara-suara yang dapat mengganggu proses perekaman karena hal tersebut dapat menggagalkan hasil perekaman yang telah dilakukan.
3. Durasi Setiap Perekaman
Hal lain yang penting dalam proses perekaman gambar adalah waktu perekaman setiap scene. Pada tiap adegan, direkam Sekurang-kurangnya dalam 10 detik masa perekaman. Hal ini dimaksudkan agar pada saat penyuntingan editor memiliki waktu yang cukup untuk memotong bagian tertentu secara detail. Oleh karena itu, hindari pergerakan-pergerakan kamera yang tidak perlu.
4. Panning dan Tilting
Panning adalah teknik pengambilan gambar bergerak secara horizontal, sedangkan tilting adalah teknik pengambilan gambar secara vertikal, sebaiknya digunakan hanya untuk mendapatkan gambar dengan objek yang berpindah posisi. Pergerakan panning ataupun tilting harus dilakukan sehalus mungkin sehingga penonton tidak terasa akan adanya pergerakan kamera tersebut.
5. Focus, Exposure, dan White Balance
Sebelum melakukan proses perekaman, hendaknya periksa terlebih dahulu fokus dan exposure (intensitas pencahayaan yang diserap) pada kamera. Dengan begitu, hasil rekaman akan lebih artistik dengan melakukan pengaturan pada fokus dan exposure. Sesuatu yang berada di belakang objek utama akan terlihat blur (buram), sedangkan fokus hanya berada pada objek utama atau sebaliknya. Untuk hal seperti ini dinamakan dengan Depth of Field (DoF). Hal yang menjadi catatan penting adalah periksa selalu exposure dan lakukan percobaan perekaman pada objek yang sama secara manual dan otomatis sebelum proses perekaman berlangsung agar mendapatkan hasil rekaman yang terbaik
6. Insert atau Gambar Pengisi
Perekaman gambar yang bukan merupakan bagian utama atau sebagai gambar pendukung sangat perlu untuk dilakukan seperti halnya suasana, kegiatan ataupun wawancara sebagai testimoni. Hal ini akan lebih mengarahkan penonton pada atmosfer yang sedang disuguhkan dan tentu akan lebih menjiwai dalam mengikuti alur cerita yang disajikan.
D. Proses Perekaman Gambar Bergerak
ada situasi tertentu, proses perekaman gambar harus dilakukan dengan cara bergerak. Contohnya ketika pengambilan gambar pada objek dua orang yang sedang berbincang sambil berjalan. Proses perekaman gambar untuk adegan seperti ini tentu harus dilakukan oleh seorang kamerawan berpengalaman serta dibantu beberapa peralatan yang memadai.
Peralatan peralatan yang dibutuhkan dalam melakukan proses perekaman bergerak sangat kompleks dan membutuhkan pembiayaan yang besar. Namun, adakalanya beberapa rumah produksi membuatnya secara sederhana dan tradisional. Hal ini tentu hanya untuk menghindari pembiayaan yang tinggi. Namun peralatan yang dibuat sendiri secara tradisional masih banyak memiliki kekurangan dan diliputi keterbatasan.
Berikut beberapa peralatan yang sekaligus dijadikan sebagal mekanisme proses perekaman gambar bergerak. Camera untuk
1. Camera Rail Track rail track,
yaitu sebuah alat bantu kamera bergerak secara horizontal yang stabil dalam garis lurus. Pada umumnya, peralatan ini dipakai untuk proses perekaman gambar objek besar dan memperlihatkan detail objek. Kekurangan dari alat Ini hanya pada ruang dan jarak yang terbatas. Oleh karena tap alat ini sangat efektif dan sering digunakan dalam proses perekaman gambar produk tertentu untuk keperluan promosi
2. Dolly Camera
Dolly camera merupakan alat bantu berbentuk roda sebagai kendaraan kamera dalam bergerak ke segala arah. Kamera dapat mengikuti pergerakan objek kemana pun dengan menggunakan dolly camera ini. Kekurangan dari alat ini, yaitu membutuhkan permukaan yang sangat halus agar gambar hasil perekaman stabil dan layak untuk ditayangkan.
3. Steadicam
Penggunaan alat ini sangat efektif untuk mengikuti gerak objek dengan kecepatan langkah manusia. Sebagai contoh apabila melakukan proses perekaman orang berjalan dan kamerawan harus mengikuti gerak orang tersebut. Dengan bantuan steadicam, proses perekaman akan menghasilkan gambar yang halus walaupun dilakukan dalam kondisi berjalan
4. Camera Trailer
Penggunaan alat ini dikhususkan pada proses perekaman gambar yang bergerak dengan kecepatan menggunakan kendaraan atau mobil, Kamera harus mengikuti kecepatan gerakan objek dan kecepatan akan menjadi seimbang apabila menggunakan trailer ini. Lokasi shooting harus dipastikan tanpa hambatan dan kondisi jalan yang halus agar hasil perekaman memiliki kualitas yang baik dan sempurna.
5. Porta Jib
Porta jib adalah alat bantu kamera yang dapat bergerak ke segala arah dengan sudut pengambilan human eye, tetapi agak lebih tinggi. Berbeda dengan jimmy jib yang mampu mengambil dari sudut yang lebih tinggi. Penggunaaan porta jib sangat efektif untuk proses perekaman dengan objek tertentu dan dalam ruang yang tidak terlalu besar. Kelebihan alat ini adalah kemampuan bergerak yang sangat halus ke segala arah. Sementara itu, kelemahan dari alat ini adalah hanya dapat dioperasikan oleh personel tertentu saja.
6. Jimmy Jib
Sama halnya dengan porta jib, jimmy jib juga mampu bergerak ke segala arah secara halus dengan kemampuan dapat mengambil gambar pada sudut pengambilan (angle) yang sangat tinggi (bird eye). Seperti halnya porta jib, jimmy jib memiliki kelemahan hanya dapat dioperasikan oleh orang tertentu yang memiliki pengetahuan khusus tentang cara kerja alat tersebut. Kelemahan lain adalah diperlukan area yang sangat besar dengan atap yang tinggi untuk menggunakan alat ini
7. Drone
Drone merupakan alat bantu dalam mengambil gambar dari ketinggian. Proses perekaman dengan bantuan drone biasanya untuk merekam sebuah landscape atau sebuah situasi kerumunan sehingga tayangan visual yang dihasilkan sangat menarik dan menakjubkan. Kelemahan dari drone, yaitu harus dioperasikan oleh seseorang yang khusus memiliki pengetahuan dan kemampuan mengendalikannya. Begitu juga dengan durasi perekaman yang sedemikian terbatas.
0 Kasi komentar dong...:
Posting Komentar
Silahkan kasicomment Qmu...